Air, Emas Biru Penjaga Keseimbangan Alam
Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk mengikuti kompetisi Web Kompas Muda dan Aqua serta memberikan inspirasi kepada sahabat generasi muda untuk kembali memperhatikan keseimbangan alam dan mempersiapkan diri untuk menyongsong masa depan.
Selayang Pandang tentang si Emas Biru
Air merupakan zat yang sangat menakjubkan. Setiap aktivitas manusia berhubungan dengan zat ini, seperti mencuci, mandi, minum, dan sebagainya. Dengan air ini semen dan pasir dapat menyatu dan membuat bangunan berdiri kokoh. Tumbuhan dapat mengambil manfaatnya untuk proses fotosintesis dan menghasilkan oksigen serta energi untuk kehidupan makhluk hidup yang lainnya. Hewan memanfaatkan air untuk proses metabolisme dan media untuk hidup (hewan akuatik).
Bagi manusia, air adalah komponen terpenting penyusun tubuhnya. Tubuh manusia terdiri dari 55% - 78% air dan sekitar 47 liter air terdapat pada orang dewasa. Setiap harinya 2,50 liter dari jumlah air tersebut harus diganti dengan air yang baru. Diperkirakan dari sejumlah air yang harus diganti, 1,5 liter berasal dari air minum dan sekitar 1 liter berasal dari bahan makanan yang dikonsumsi. Menurut WHO jumlah air minum yang harus dipenuhi agar dapat mencapai syarat kesehatan adalah 86,4 liter per kapita per hari, sedang kondisi di Indonesia ditentukan sebesar 60 liter per hari. Jumlah ini dapat membuat kita terhindar dari dehidrasi yang jumlah pastinya bergantung pada tingkat aktivitas, suhu, kelembaban, dan beberapa faktor lainnya. Analisa kebutuhan air ini berkaitan dengan proses metabolisme dalam tubuh manusia, jika pasokan air ke tubuh berkurang, proses metabolisme juga akan terhambat akibatnya dapat mengganggu sistem kerja anggota tubuh dan jika dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan kematian.
Kondisi Air di Dunia
Kondisi air di dunia dapat dilihat dari 2 aspek utama, kualitas dan kuantitas. Seperti yang kita lihat saat ini, kualitas air di berbagai penjuru dunia telah mengalami penurunan yang signifikan. air telah tercemar oleh limbah buangan industri yang diciptakan manusia. Secara kuantitas, jumlah air di muka bumi ini tidak berubah, tetapi distribusi air disebabkan oleh pemanasan global menjadi tidak merata. Ada suatu daerah yang mengalami kekeringan terbesar sepanjang sejarah, ada pula tempat yang mengalami banjir dan hujan sepanjang tahun dengan intensitas yang tidak bisa diprediksi.
Persoalan air ini telah menjadi masalah global. Pencemaran air makin hari makin menjadi-jadi, tetapi pasokan air bersih terus menipis yang kemudian memunculkan berbagai macam penyakit. Diperkirakan, 884 juta orang di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih. Pertumbuhan penduduk dan peningkatan urbanisasi, polusi kimia dan invasi spesies sangat berkontribusi terhadap penurunan kualitas air. Akibatnya bagi lingkungan dan bagi umat manusia cukup besar. Hampir 1,5 juta anak meninggal setiap tahun akibat air yang tercemar.
Seperti tertuang dalam UN World Water Development Report (2009), saat ini lebih dari 80 persen air limbah di negara berkembang dibuang tanpa diolah sebelumnya sehingga mencemari sungai, danau, dan pesisir. Kurangnya sanitasi serta minimnya air bersih penyebab 88 persen kasus diare di dunia yang membawa kematian dini 1,8 juta orang setiap tahun—90 persen berusia di bawah lima tahun. WHO mencatat, sebanyak 1.500 kilometer kubik lebih air limbah diproduksi dunia. Sayang, di negara-negara berkembang, lebih dari 80 persen air limbah tidak didaur ulang akibat belum memadainya regulasi dan minimnya sumber daya. Padahal, air limbah dapat dimanfaatkan kembali untuk sumber energi dan keperluan irigasi.
Sementara itu, perubahan iklim akibat pemanasan global juga berpengaruh terhadap manajemen air. Hujan yang sulit diprediksi semakin membuat pengelolaan air kian sulit. Perubahan iklim telah mengubah gaya hidup dan kondisi alamiah di berbagai tempat di dunia. Hal ini sudah terlihat di Pakistan dan Rusia, negara tersebut mengalami musim palin panas sepanjang sejarah. Perlu investasi besar untuk berbagai model penyimpanan air sebagai bentuk manajemen air.
Persoalan air ini telah menjadi masalah global. Pencemaran air makin hari makin menjadi-jadi, tetapi pasokan air bersih terus menipis yang kemudian memunculkan berbagai macam penyakit. Diperkirakan, 884 juta orang di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih. Pertumbuhan penduduk dan peningkatan urbanisasi, polusi kimia dan invasi spesies sangat berkontribusi terhadap penurunan kualitas air. Akibatnya bagi lingkungan dan bagi umat manusia cukup besar. Hampir 1,5 juta anak meninggal setiap tahun akibat air yang tercemar.
Seperti tertuang dalam UN World Water Development Report (2009), saat ini lebih dari 80 persen air limbah di negara berkembang dibuang tanpa diolah sebelumnya sehingga mencemari sungai, danau, dan pesisir. Kurangnya sanitasi serta minimnya air bersih penyebab 88 persen kasus diare di dunia yang membawa kematian dini 1,8 juta orang setiap tahun—90 persen berusia di bawah lima tahun. WHO mencatat, sebanyak 1.500 kilometer kubik lebih air limbah diproduksi dunia. Sayang, di negara-negara berkembang, lebih dari 80 persen air limbah tidak didaur ulang akibat belum memadainya regulasi dan minimnya sumber daya. Padahal, air limbah dapat dimanfaatkan kembali untuk sumber energi dan keperluan irigasi.
Sementara itu, perubahan iklim akibat pemanasan global juga berpengaruh terhadap manajemen air. Hujan yang sulit diprediksi semakin membuat pengelolaan air kian sulit. Perubahan iklim telah mengubah gaya hidup dan kondisi alamiah di berbagai tempat di dunia. Hal ini sudah terlihat di Pakistan dan Rusia, negara tersebut mengalami musim palin panas sepanjang sejarah. Perlu investasi besar untuk berbagai model penyimpanan air sebagai bentuk manajemen air.
Kontributif dan Partisipatif
Pembangunan pemukiman dan kegiatan budidaya yang mengabaikan fungsi lingkungan dan kaidah tata ruang telah merusak kawasan resapan air sehingga terjadi pemborosan sumber daya air. Selain itu, meningkatnya populasi penduduk dan industri yang justru menambah sumber polusi baru juga menurunkan keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air bersih. Padahal, kualitas air yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kehidupan.
Perang di masa depan tidak disebabkan oleh perebutan minyak, melainkan oleh langkanya si emas biru. Alasannya, air adalah kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Tanpa air, kehidupan di muka bumi akan punah. So, sebagai generasi muda, ayo kita selamatkan si emas biru ini dari kelangkaan. Airmu, Hidupmu!!!!
Semoga bermanfaat. Amin...
^^
Sumber Inspirasiku....
semoga bermanfaat buat sahabat-sahabat semua... amin^^
ReplyDeleteSubhanallah
ReplyDeletemantap Bim
KEREN GAN!
ReplyDeletenice info..
subhanallah
ReplyDeleteabsolute
bim kereeen, buat sendiri ni?? keren keren
ReplyDeleteiya lin, alhamdulillah... ^^ makasi yaa uda kasi penilaian... :D
ReplyDeletebagusssss :D
ReplyDeletebantu sundul gan . .
ReplyDeletegood luck ya :D
ae gan, ane newbie nih, blog ane jg baru … Ane kesulitan dalam nanganin seonya ,mohon bantuannya..ane baru tau kalo ada lomba ini . Ini halaman ane http://ds-world.co.cc/kompetisi-web-kompas-muda-aqua/ mari bersaing sehat….
ReplyDeletematur thankyu bgt